Kamis, 22 April 2010

JERITAN HATI MASYARAKAT KEPULAUAN

Sontak Indonesia geger, karena isu penjualan beberapa pulau-pulau dalam wilayah NKRI beberapa waktu yang lalu. Perhatianpun tertuju kepulau-pulau yang dulunya nyaris tidak pernah mendapat perhatian itu. Sebubutlah salah satunya pulau Sitabbok kecamatan Sapeken. Akan tetapi, tulisan ini sengaja tidak akan mengupas lebih dalam masalah penjualan pulau tersebut, biarlah itu menjadi persoalan dan kewenangan aparat yang memiliki tugas menjaga kedaulatan bangsa ini. Penulis hanya akan memulai tulisan ini dari pertanyaan apa yang sudah pernah kita pkirkan tentang masyarakat pulau Sitabbok selain dari isu penjualan pulau tersebut? Bagaiman mereka bertahan untuk hidup dan berada dalam kondisi yang tetap sehat tanpa obat-obatan dan tenaga kesehatan?

Ada banyak pertanyaan yang harus dijawab, dan pertanyaan itu ingin menggugah Indonesia untuk kembali lebih peduli terhadap warga Negara yang terisolir dan terpencil. Mungkin terlalu kecil untuk membicarakan pulau Sitabbok, tapi maeilah kita melihat kondisi riil dari masyarakat Kepulauan setelah kasus-kasus ini. Secara administrative pulau Sitabbok berada di kecamatan Sapeken yang merupakan salah satu kecamatan di Kepulauan Kangean yang termasuk dalam Kabupaten Sumenep, Propensi Jawa Timur. Kecamatan Sapeken terdiri dari sembilan Desa yang terdiri dari 50 pulau dua pulau termasuk yang tidak terpenghuni. Jika menilai secara obyektif, Kecamatan Sapeken telah mendapat perlakuan diskriminatif sejak kemerdekaan Republik ini, hal itu ditunjukkan dengan tidak adanya perhatian yang serius baik dari pemerintah pusat, pemerintah prpinsi maupun pemerintah kabupaten Sumenep. Padahal eksploitasi sumber daya alamnya telah dilakukan sejak tahun 1960-an sampai sekarang. Hasil pertambangan berupa gas bumi telah di mulai sejak tahun 1960 di pulau Saur, dan selanjutnya sampai sekarang dilanjutkan kembali di Pagerungan besar, Pagerungan kecil, Sadulang, Saobi, dan Pulau Sepanjang. Jumlah produksi gas alam Pagerungan (menurut data Pertamina) Gas Production =350.000.000 MSCF (Million Standart Cubic Feet) per hari. Yang disalurkan melalui pipa bawah laut sepanjang 450 km menuju Porong (sebagai home base). Dari home bse ini kebutuhan gas alam dipasok antara lain untuk memenuhi kebutuhan di Petro Kimia; Perusahaan Gas Negara dan PT. PJB Unit Pembangkit Listrik, nlai produksi= total Indonesia Share (bruto) $83.558.000/9 bulan (Januari s/d September) atau sekitar Rp. 781.267.300.000,- (pada tahun 2004). Ini belum di tambah hitungan hasil eksploitasi gas alam di pulau Sepanjang.

Sebagai penyumbang Pendapatan Asli Daerah (PAD) terbesar kepada daerah kabupaten Sumenep, mestinya pembangunan di kecamatan Spaeken jauh lebih maju. Namun, kenyataan yang sebenarnya hampir di luar nalar sehat kita, tingkat buta hueruf di Kepualauan Kecamatan Sapeken hamper mencapai angka 20%, yang terbesar di beberapa pualu, seperti pulau Sabuntan,Sakala,Sitabbok,Paliat,Saur,Saibus,Sepanjang dan beberapa pualu lain, angka lulusan SD mencapai 72,55%, dan lulusan SMP hanya sebesar 5,66% dan SMU sebesar 1,77% dan Perguruan Tinggi hanya mencapai 0,02%. Dan pelayanan kesehatan masyarakat, pemerintah hanya menyediakan satu tenaga dokter pada tahun 2005 untuk jumlah penduduk yang hamper mencapai 45 ribu jiw, yang hanya sebelumnya seorang mantra, sehingga kebutuhan terhadap pelayanan kesehatan yang layak tidak terpenuhi, dan angka kematian ibu dan bayi ketahun tetap stabil dalam angka yang besar, karena hanya mengandalkan tenaga dukun bayi.

Diperpah oleh pelayana public yang lain, yang hamper seluruh tenaga yang diperbantukan untuk bertugas melayani masyarakat kecamatan Sapeken adalah orang-orang jauh, berasal dari daratan Jawa dan Madura, sehingga beresiko paling tinggi untuk tidak masuk kerja dan makan gaji buta. Kenyataan itu bisa di buktikan pada kantor UPTD Pendidikan dan UPTD Kelautan dan Perikanan, bahkan penulis sampai sekarang tidak sempat mengenal siapa yang bertugas sebagai Kepala Kantor Pelabuhan Sapeken. Dan yang paling menyedihkan adalah puluhan guru yang bertugas dikepulauanpun lebih banyak liburnya, sehingga terpaksa beberapa sekolah harus meliburkan muridnya, bahkan ditengah tuntutan sertifikasi guru, masih ada sekolah di kepualauan kecamatan Sapeken yang tenaga pengajarnya adalah lulusan SD tersebut, karena terbatasnya tenaga pengajar, lihatlah misalnya di SDN VIII di pulau Saur. Jarak tempuh dari daratan Sumenep yang memakan waktu hingga 24 jam, dan transportasi tersedia hanya dua kali perjalanan persepuluh hari menuju Sapeken, adalah salah satu efisien dan efektifnya kinerja pelayanan public oleh pemerintah daerah Kabupaten Sumenep. Namun, persoalan yang sudah akut ini tidak kunjung mendapat penyelesaian yang baik. Sapeken seolah kehilangan tempat untuk mengadu.

Selain persoalan kinerja pelayanan public, ancman paling serius yang dihadapi masyarakat sapeken adalah pengrusakan terumbu karang dan komonitas biota laut lainnya oleh nelayan liar yang berasal dari luar daerah Sapeken (atau pemilik modala di sapeken “yang gila”), masyarakat sapeken seolah tidak berdaya menghadapi ancaman itu, karena rata-rata nelayan yang datang itu dilengkapi dengan alat-alat yang canggih. Apa yang penulis paparkan di atas, adalah jeritan hati masyarakat kepulauan, yang hari ini tidak mengenal Indonesia dan bisa jadi sudah pernah punya keinginan lagi untuk kenal Indonesia. Mungkin, Indonesiapun hari ini baru mau berkenalan dengan pulau Sitabbok kecamatan Sapeken, karena pertaruhan nilai nasionalisme. Nasionalisme yang sudah lama tercabut dari hati elit bangsa ini, karena tidak pernah bisa merasakan keperihan hati masyarakat kepulauan yang terpencil dan terisolir. Dan mungkin Sapeken hanyalah salah satu pulau yang mengalami diskriminatif pembangunan itu.

AIR TERJUN AENG BUTON

Beberapa hari yang lalu di pulau Kangean dihebohkan dengan ketemukannya Air Terjun berketinggian 3-4 meter oleh masyarakat setempat. Adapun telah air terjun itu ada di dusu Aeng Buton desa Torjek Kecamatan Kangayan. Sementara masyarakat pulau Kangean menamakan air terjun tersebut dengan di sebut Air Terjun Aeng Buton. Diharapkan dengan diketemukan air terjun tersebut menambah kekayaan wisata di Kepulauan Kangean, sampai saat ini di pulau kangean sudah ada beberapa obyek wisata yang sering di kunjungi oleh masyarakat local (orang kangean sendiri).

Agak kebarat dari tempat ketemukannya Air Terjun Aeng Buton di sana ada tempat wisata yang dinamakan Olbek. Daerah ini masuk wilayah Kecamatan Kangayan merupakan sumber air yang tak kujung henti menghembuskan air walaupun di musim kemarau, sumber ini cocok untuk di kelolah oleh perusahaan Air Minum. Tempat ini kalau hari minggu atau hari libur lainnya sangat ramai di kunjungi oleh wisatawan local khususnya anak-anak muda pulau Kangean untuk sekedar MEJENG.

Di desa Kalikatak ada Goa Kuning sekitar 1,5 km dari pusat Kota Arjasa, tapi sekarang potensi wisata tersebut jarang di kunjungi oleh wisatawan karena kurang penanganan yang memadai.

KANGEAN POENYA obyek WISATA

Bicara soal Kangean tidak pernah lepas dari masalah potensi dan eksestensinya. Masyarakatnya yang plural dan budaya yang beragam, inilah yang menciptakan keunikan pulau Kangean.
Bukan hanya Bali, Kangean[]juga memiliki tempat-tempat yang Indah lainnya yang potensial sebagai tempat tujuan wisata. Kangean adalah salah satu pulau di Sumenep yang memiliki tempat wisata darat[]dan wisata laut yang cukup memikat perhatian masyarakat. Baik masyarakat local maupun dari luar Kepulauan Kangean. Tapi sayangnya, sampai saat ini masih banyak yang tidak menyadari keberadaannya.
Dengan kesulitan ekonomi Kangean saat ini, maka usaha-usaha ekonomi berbasis kekuatan local[]dapat menjadi harapan. Salah satunya adalah obyek-obyek wisata yang terbesar di pulau Kangean. Untuk itulah insan-insan pariwisata Kangean harus mampu mencari strategi-strategi yang tepat untuk mengatasi hambatan bisnis ekonomi maupun hambatan politik dan budaya dari luar untuk maju menjadi salah satu peluang dan alternative, paling sedikit dengan tujuan mencegah pariwisata Kangean menjadi terkikis.
Strategi atau langkah –langkah apakah kiranya didalam kepariwisataan yang perlu dilakukan, khususnya untuk ikut menggairahkan ekonomi dalam negeri[][][][][][][]xxxxx.
Pengembangan pariwisata di pulau [] Kangean hendaknya tidak terlepas dari arah pengembangan kebudayaan local Kangean itu sendiri. Dengan kata lain, dalam kebudayaan local itulah hendaknya terletak landasan bagi kebijakan pengembangan wisata.
Kebudayaan local merupakan wadah pembentukan karakter dan sikap masyarakat dan sikap mayarakat Kangean, yang akan membuat lebih mampoenya Kngean dalam menghadapi tentang kehidupan dan waktu kewaktu. Kita telah seppakat[]bahwa Kangean menjadi jaya dan indah berdasarkan dinamika pluralisme, tetapi kukuh menjadi satu sebagai keluarga besar dalam kebersamaan dan mutualitas Bhinneka Tunggal Ika. Dalam konteks inilah pengembangan pariwisata harus di lkukan agar tidak mengorbankan cita-cita pembangunan karakter Kangean.
Dalam pembangunan wisata bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dengan membuka kesempatan berusaha dan lapangan kerja serta pemerataan pembangunan dibidang pariwisata. Pembangunan pariwisata yang berkesinambungan akan memberikan manfaat social budaya, social ekonomi masyarakat dan daerah, serta terpeliharanya mutu lingkungan hidup. Meningkatkan kepuasan wisatawan dan memperluas pangsa pasar. Dan menciptakan iklim yang kondusif bagi pembangunan pariwisata Kangean.
Dalam hal ini Pemerintah Daerah diharapkan mampu untuk kemampuan daerah[]dan kebutuhan wisatawan. Dengan kata lain, kepentingan wisatawan memang tidak boleh terabaikan, namun sebaliknya, tuntutan dan minat pariwisata mereka pun tidak boleh merusak daya tarik utama daerah wisata kangean, baik yang berupa ekologi, obyek-obyek wisata [termasuk peninggalan sejarah], adapt-istiadat dan kesenian setempat yang khas.
Unsur-unsur kebudayaan local, terutama kesenian local sebagai daya tarik wisata, yang harus kita jaga kelestariannya. Hal itu perlu dilihat dari segi jangka panjangnya, yankni bahwa ke khasan budaya local dapat menjadi modal dasar jangka panjang untuk memberi substansi kepada manifesto budaya kita, “Bhinneka Tunggal Ika”, yang harus tetap di pertahankan. Seni budaya local yang harus itu bahkan perlu di matangkan melalui proses improvisasi dan pengayaan , agar tetap akan menjadi daya tarik bagi para wisatawan, yang pasti juga akan makin menuntut kualitas akibat tajamnya persaingan budaya. Dengan cara itulah maka kepentingan kepariwisataan dapat menjadi sinkron dengan kepentingan mematangkan dan memperkokoh kepribadian nasional.
Namun yang menjadi kendala saat ini adalah kualitas sumber daya manusia, khususnya mengenai landasan pola pikir dalam melihat kegiatan pariwisata oleh masyarakat setempat. Hingga saat ini masih banyak di temukan adanya tingkat pengetahuan , pemahaman dan kesiapan masyarakat setempat yang masih rendah dalam menerima kegiatan pariwisata dan pengembangannya. Kangean masih termasuk unggul dari obyek wisata dan atraksi budaya yang bisa disajikan. Melalui cara itu, citra Kangean dapat di tingkatkan, dan kesan baik masyarakat luar terhadap Kangean dapat di tumbuh kembangkan.
Landasan pola pikir yang di perlukan dalam pengembangan dunia wisata adalah pola pikir yang berorentasi pada kebersamaan [mutuality]. Hal ini harus di tanamkan sebagai salah satu kebijakan dalam pengembangan kebudayaan local.
Sebaliknya, melalui pola pikir kebersamaan dan kerjasama, banyak kemajuan akan dapat di capai oleh dunia pariwisata. Di tingkat praktek, landasan pola pikir yang berorentasi pada kebersamaan dan kerjasama dapat di tunjukkan, misalnya, dalam pemberian izin operasional pada berbagai sarana-sarana pariwisata yang baru. Pemberian izin usaha biro perjalanan wisata dan hotel harus di upayakan untuk bisa meningkatkan kerjasama antara jenis-jenis usaha pariwisata itu sebagai suatu kekuatan bersama dalam membangun pariwisata Kangean agar mampu menjadi tuan di negerinya sendiri. Dengan cara itu dapat pula di kurangi ketergantungan insane pariwisata kita pada selera dan kepentingan pihak asing.
Hampir semua masyarakat Kangean mengenal Pantai Celghung, dan Tanjung Pongka’[TP], yang berada di bagian barat pulau Kangean. Bahkan masyarakat dan daerah lain sudah sangat mengenal tempat wisata tersebut, terutama momen-momen lebaran sering menjadi sasaran utamanya. Masyarakatpun menjadikan kedua tempat tersebut sebagai pariwisata yang sangat potensial untuk di kembangkan.
Hampi setiap hari minggu banyak masyarakat Kangean yang menyempatkan berekreasi di tempat tersebut. Namun ironisnya, masih banyak masyarakat yang belum mengetahui keberadaan tempat wisata lainnya. Selain karena masih banyak yang lebih suka memilih wisata pantai, lemahnya promosi wisata darat yang di lakukan sebagian masyarakat merupakan salah satu factor “terlupakannya” tempat wisata ini.
“Goa Kuning” tempat wisata yang terletak di sentral Kangean cukup mudah di jangkau oleh masyarakat yang hendak berekreasi di tempat tersebut. Lokasinya tepat di sekitar kawasan perkebunan bukit utara atau sekitar 1½ km dari Kota Arjasa.

KANGEAN ISLAND

Kangean Island is the name of an island among the many island that are stretched out east of madura island, of East Java. From the government administration poin of viw; the island is divided into two; West Kangean, wich included in the Sapeken Sub-District. Both Sub-District are part of the Sumenep Regency.

Geographically, on the topographic map, Kangean Islan is located closer to Bali Island, as compared to Lombok Island. To Bali Island in West Nusa Tenggara, it is a 4 hours sea journey by speedboat. This island, wich is 30.000 hectares in size, apparently holdsa tourisem potential that is feasible to be offered. In particular for adveturetourism, in free nature. The attraction of Kangean Island can be felt, starting with the journey from West Kangean to East Kangean. All along the route, a combination of natural forests with the captivatingbeaches of the Java Sea, are stretched out. If you would like to buy souvenirs, in Arjasa of West Kangean, there are wood handicrafts of bahar and sentaki roots. It is said that a cane of such wood has certain virtues for the user. Apart from that, the area is also known for its jungle fowls that have melodious crows, and are excellent studs for cross breeds. Ti is not too difficult to obtain these jungle fowls, because there is a breeding farm in Arjasa, managed by H. Ansoruddin.

The other tourit attractions are found more in East Kangean. Between Tembayangan Bay Harbour and Sepanjang Island, a little island south east of Kangean Island, a natural mangrove foresty is lined up. It even has a still intact habitat. Various animal, like monkeys, komodos and snakes, are still found here, in abundance. Hence, the mangrove foresty that functions as the transition between the marine and land eco-systems, can still be found on Kangean Islan. Because of its genuinity the Perum Perhutani Unint II of East Java, wich manages this area, has determined this area as one of the tourist locations that has a mangrove foresty, and a still intact eco-system, as its main presentation. Permits can be obtained at the Perhutani Station in Tembayangan Bay. Or further imfomation can be obtained from the Perhutani KPH Madura Office at jalan Joko Tole No. 190, Pamekasan. Phone (62-324) 22549.

To experience the beauty of the marine park on the mangrove foresty, no spy glasses or supporting equipment is needed, because it is fenced off by the rather dense mangrove foresty. The sea is clier blue, because of its remote location far away from pollution. A boat can be rented for Rp. 75.000,- a day to trevel along this marine park. Not far from the streches of mangrove foresty and only around 5 minutes by speedboat, there is a pearl oyster farm. Here, tourist can watch loosely how these valuable pearl oysters are bred. How these are harvested from the sea bedsm to be polished into a range of jewelry. Compared to other tourists destinations, the eco-tourism potential on Kangean Island indeed has not been fully developed yet. Everything appears still genuine and natural. But, it is actually this naturality that has become the attraction to visit the island.

Selasa, 20 April 2010

WISATA KANGEAN

Diutara pantai kangean tersebut, kalau sore bayak ikan lumba-lumba yang sedang bermain, jarak dari pantai sekitar 500 meter, biasanya ikan lumba-lumba dapat di lihat sekitar pukul 15-18 sore. Bukan hanya itu di pulau mamburit, sekitar 450 meter sebelah barat kangean, menyimpan keindahan laut, mungkin satu-satunya pulau di sumenep memiliki terumbu kaeang yang sangat luas dan indah, namun pemda sumenep tutup mata dengan keindahan laut tersebut.

Padahal keindahan terumbu karang di pulau mamburit sudah masuk dalam dafter untuk di jadikan taman laut, namun sampai saat ini terbengkalai. Rencana tersebut sudah ada sejak tahun 2006. feri kepala bagian Tata Ruang di DKP Pusat mengatakan kepada wartawan media ini di ruang kerjanya. Pulau tersebut sudah di rencanakan untuk di jadikan Taman Laut terbesar di Asia, mengingat terumbu karang yang ada di pualau tersebut sangat luas dan indah, sehingga dapat mengundang wisatawan local dan mancanegara.

Masih menurut Feri, program sudah kami buat, bahkan sudah ada buku panduannya, tinggal bagaimana daerah tingkat I dan II melaksanakannya, kata Feri. Bukan hanya itu dapat mengundang wisatawan, namun ada tiga titik tempat wisata yang menarik, seperti Goa Kuning, dahulu kala Goa tersebut tempat bertapanya seorang puteri cantik yaitu Puteri Kuning yang di duga ibunda Joko Tole (Raja Sumenep).

Goa Petteng, Goa ini sangat menyeramkan karena goa tersebut sangat gelap, namun di dalamnya goa tersebut sangat menarik karena ada peralatan tidur lengkap yang terbuat dari batu. Air Mancur Alami, tempat ini terletak di Desa Daandung, Air Mancur ini tumbuh secara alami, tanpa di gerakkan memakai mesin, tempat tersebut cocok untuk di kelola di jadikan perusahaan air, guna memenuhi konsomsi local, tapi hingga saat ini belum dikelola.